Rabu, 09 November 2011

memancing

Banyak orang yang memiliki hoby memancing. Namun tak sedikit juga orang yang menggantungkan hidupnya dengan pekerjaan ini. Memang, kegiatan memancing bisa memberikan kepuasan tersendiri bagi penggemarnya. Pernah saya ditanya oleh seorang kawan tentang hoby ini. Katanya, “ngapain capek-capek mancing nyari ikan, toh hasilnya nggak seberapa juga ?” Saya tak menyalahkan teman itu, tapi mungkin karena ia memang tak suka mancing, jadi nggak tahu bagaimana asyiknya ketika ikan mematuk umpan dan kita berusaha untuk mendapatkan ikannya.

Memancing bukan hanya sekedar mencari ikan. Tapi, memancing merupakan seni untuk mendapatkan ikan. Karena ia berhubungan dengan seni, maka ia berhubungan dengan keindahan. Bagi yang tak suka mancing, kegiatan ini sungguh membosankan. Berjam-jam waktu digunakan sepertinya secara percuma. Apalagi bila tak mendapatkan seekor ikan pun. Bagi para maniak mancing, waktu terasa singkat apabila pancing telah dipasang.
Hoby ini tak mengenal tua dan muda, lelaki atau perempuan. Semua orang pasti bisa menyenangi kegiatan ini, yang penting memiliki rasa sabar yang tinggi. Memang, bagi yang tak sabar kegiatan ini sangat menjemukan.
Lokasi memancing bisa dimana saja. Parit, selokan, sungai pantai, lautan, atau bahkan kolam pemancingan. Ikan yang didapat seperti gabus, papupyu, kakapar, lais, baung, dan berbagai jenis ikan lainnya. Adanya kolam pemancingan ini merupakan tanda bahwa kegiatan memancing sudah merambah ke kegiatan bisnis. Bahkan sekarang ini di televisi banyak ditayangkan acara memancing.
Bagi masyarakat pedesaan, kegiatan memancing merupakan kegiatan untuk menambah penghasilan. Sebab, sebagian dari hasil memancing dapat dijual ke para tetangga. Apalagi bila hasil yang didapatkan sangat banyak.
Untuk memancing, dapat menggunakan berbagai macam umpan. Cacing, ulat, jangkrik, induk semut rang-rang, sampai ke beberapa jenis kua dapat dijadikan umpan pancing. Pernah beberapa waktu yang lalu pernah saya memancing dengan menggunakan umpan “kerak nasi”. Ikan yang didapat waktu itu yaitu ikan “lawang”, sejenis ikan patin tetapi lebih kecil. Jenis kue yang bisa digunakan untuk umpat biasanya “untuk-untuk” (sejenis unde-unde), “bingka”, atau jenis kua lainnya. Rupanya ikan punya selera juga dengan beberapa jenis kue tersebut. Namun sekarang banyak juga orang yang menggunakan umpan “palit”. Saya nggak tahu umpan ini dibuat dari bahan apa. Pernah saya dengar bahwa jenis umpan ini dibuat dari ikan juga yang dibusukkan, dan diberi mentega serta dicampur dengan kapas, agar bisa dijadikan umpan.

Di desa memang belum mengenal umpan yang dibuat oleh perusahaan pemancingan seperti yang sering digunakan oleh para pemancing professional. Umpan-umpan tersebut pasti harganya mahal, dan masih belum cocok untuk digunakan di desa yang masih tradisional. Di desa dengan bermodalkan Rp 5000,- rupiah sudah dapat pancing beserta dengan umpannya. Sederhana sekali.
Sukakah anda memancing ? kalau suka ayu kita mancing bersama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar